Sabtu, 06 Oktober 2012


Flavonoid Kuersetin dari Tumbuhan Benalu Teh (Scurulla atropurpureea BL. Dans)
 
Fitrya
Jurusan kimia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia

Intisari: Telah diisolasi senyawa
Flavonoid dari tumbuhan benalu teh (Scurulla artropurpurea). Ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi dan isolasi senyawa
avonoid dilakukan dengan teknik kromatogra . Flavonoid hasil isolasi
berupa serbuk amorf berwarna kuning dengan titik leleh 177-179 C. Analisis spektrum UV menunjukax pita I
(348 nm) dan pita II (255 nm). Pereaksi geser NaOH, NaOAc, NaOAc/asam borat, AlCL3 dan AlCL3/HCl menunjukkan
bahwa senyawa
avonoid tersubstitusi pada 3,3', 4', 5,7 pentahidroksi
avon. Analisis spectrum IR menunjukkan adanya
regang OH (3369 cm􀀀1), regang C-H alifatik (2956 cm􀀀1), regang C=O (1658 cm􀀀1), regang C=C (1606 cm􀀀1) dan ulur
C-O (1271-1143 cm􀀀1). Berdasarkan analisis data spektrum UV dan IR dapat disimpulkan senyawa hasil isolasi adalah


avonoid 3,3,4,5,7-pentahidroksi
avon atau kuersetin.

1 PENDAHULUAN
Benalu teh adalah salah satu tanaman parasit
yang biasa digunakan dalam ramuan-ramuan
tradisional. Sebagai tanaman parasit, benalu tidak
banyak dimanfaatkan, hal ini berkaitan dengan sifat
dari parasit benalu yang dapat merusak tanaman
inang, sementara sebagai salah satu tanaman obat,
benalu juga mempunyai peranan yang tidak kecil [1].
Secara tradisional benalu digunakan antara lain se-
bagai obat batuk, kanker, diuretik, penghilang nyeri
dan perawatan setelah persalinan[2]. Ekstrak be-
nalu teh spesies Scurulla atropurpurea mengandung
16 bahan bioaktif yang terdiri dari enam senyawa
asam lemak, dua santin, dua glikosida
avonol, satu
glikosida monoterpen, satu glikosida lignan, dan empat

Benalu teh yang berasal dari spesies Scurulla atrop-
urpurea BL. Dans merupakan tanaman parasit pada
pohon teh (Thea sinensis L). Sebenarnya, benalu sejak
zaman dahulu telah digunakan untuk mencegah dan
mengobati berbagai penyakit, untuk mengobati sakit
pinggang dan jamu pasca melahirkan, untuk mengob-
ati kanker. Benalu teh kering yang direbus airnya da-
pat diminum untuk menyembuhkan penyakit kanker
rahim dan jenis kanker lainnya. Pasien penderita
kanker yang diberi ekstrak benalu dari Viscum album
menunjukkan perbaikkan pada DNA dalam limfosit
dan sel kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang
lebih intensif sehingga potensi benalu teh sebagai ba-
han baku obat dapat lebih dikembangkan. Maka pada
penelitian ini diisolasi dan dikarakterisasi senyawa

Flavonoid dari ekstrak metanol tumbuhan benalu teh.
Tahap awal isolasi senyawa
avonoid dari tumbuhan
benalu teh dilakukan dengan metode maserasi meng-
gunakan pelarut metanol. Pemisahan dan pemurnian
senyawa dilakukan dengan teknik kromatogra kolom
vakum dan kromatografi  kolom gravitasi. Penentuan
kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografri
lapis tipis dan penentuan titik leleh. Identi-
kasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofo-
tometer ultraviolet dan spektrofotometer inframerah.

Prosedur Penelitian
Ekstraksi dan isolasi. Benalu teh dikumpulkan
dari perkebunan teh Pagar Alam Sumatera Selatan.
Sampel dikeringanginkan kemudian dihaluskan hingga
menjadi serbuk kering. Bubuk kering benalu teh
sebanyak 1 kg dimaserasi dengan metanol sebanyak
3 2; 5 liter. Maserat dipekatkan dengan rotary eva-
porator hingga diperoleh ekstrak kental metanol se-
banyak 20 g.

Uji kemurnian dan identifikasi senyawa hasil isolasi
Kemurnian senyawa hasil isolasi diuji de-
ngan KLT dan uji titik leleh. Senyawa hasil isolasi
dikatakan murni jika memperlihatkan satu noda pada
pola KLT dengan berbagai variasi campuran eluen dan
memperlihatkan range titik leleh yang sempit (< 2 C).
Senyawa murni dikarakterisasi dengan spektrofotome-
ter UV, spektrofotometer Inframerah, untuk mengi-
denti kasi struktur senyawa
avonoid hasil isolasi.

Fraksi E4;2;2 (F1) membentuk kristal dan memperli-
hatkan pola noda utama. Uji kemurnian dilakukan
dengan kromatogra lapis tipis (KLT) menggunakan
eluen yang berbeda yaitu mtc: aseton: metanol (6,5:
3,5: 0,5), mtc: aseton (2: 8) dan mtc: metanol
(8,5:1,5), masing-masing mempunyai harga Rf 0,5. 0,7
dan 0,5 (Tabel 1). Hasil KLT menunjukkan noda
tunggal pada lampu UV dan berwarna kuning sete-
lah diberi pereaksi penampak noda serium sulfat pada
plat KLT (Gambar 1).
Tabel 1: Data KLT senyawa hasil isolasi (F1) dengan
berbagai eluen
MTC Aseton Metanol Rf KLT 6 3,5 0,5 0,5 A
2 8 0 0,7 B
8,5 0 1,5 0,5 C
Uji kemurnian kristal F1 hasil isolasi dengan berba-
gai eluen menunjukkan noda tunggal, sehingga diduga
14408-34 kristal sudah murni. Pengukuran titik leleh kristal
senyawa hasil isolasi memberikan nilai 177-179 C.
Hasil ini lebih memperkuat dugaan bahwa kristal
sudah murni. Hasil uji tokimia yang dilakukan
terhadap senyawa hasil isolasi dengan logam Mg
dan HCl memperlihatkan warna merah. Hal ini
mengindikasikan bahwa senyawa hasil isolasi tersebut
adalah senyawa golongan
avonoid.
Identi kasi senyawa hasil isolasi dengan teknik
spektroskopi. Senyawa hasil isolasi (16 mg) berupa
serbuk kuning. T.L. 177-179 C memberikan serapan
UV max (log ") pada pita I 348 nm dan pita II 255 nm.
Spektrum UV senyawa hasil isolasi (F1) dalam pelarut
metanol menunjukkan serapan maksimal pita I pada
panjang gelombang 348 nm yang berasal dari cincin
B yang terkonjugasi dengan gugus karbonil menben-
tuk sistem sinamoil. Pada pita II serapan maksima
muncul pada panjang gelombang 255 nm yang berasal
dari konjugasi sistem benzoil pada cincin A[4]. Ini
termasuk dalam jarak panjang maksimum
avonol de-
ngan 3-OH tersubstitusi. Keterangan diatas menun-
jukkan bahwa senyawa hasil isolasi F1 adalah
avonoid
kelompok
avonol.
Penambahan NaOH pada senyawa hasil isolasi
menyebabkan terjadinya pergeseran batokromik sebe-
sar 39 nm (pita I) dengan kekuatan serapan yang
meningkat yang menunjukkan adanya 4'-OH , serta
terbentuknya pita baru pada 338 nm menunjukkan
adanya gugus 7-OH. Penambahan pereaksi geser
NaOAc menyebabkan pergeseran batokromik 16 nm
pada pita II menunjukkan gugus 7-OH. Dan sete-
lah penambahan NaOAc+asam borat menyebabkan
pergeseran pada pita 1 kearah batokromik sebesar
20 nm menunjukkan gugus orto-diOH pada cincin B
karena pada gugus ini terbentuk kompleks dengan
asam borat.
Penambahan pereaksi geser AlCl3 digunakan un-
tuk menunjukkan terbentuknya kompleks tak tahan
asam dengan gugus orto-dihidroksil,terjadi pergeseran
Gambar 2: Spektrum senyawa hasil isolasi dalam metanol
(A) dan NaOH (B)
pada pita 1 sejauh 22 nm (pita I) ini mengindikasikan
adanya gugus orto-di-OH pada cincin B.yaitu pada
posisi C 3' dan C 4'[4]. Penambahan pereaksi geser
AlCl?/HCl menunjukkan terbentuknya kompleks tak
tahan asam antara gugus hidroksi dan keton yang
bertetanggaan, terjadi pergeseran sejauh 51 nm (pita
I), mengindikasikan adanya 5-OH. Berdasarkan anal-
isa data spektrum UV diduga senyawa F1 adalah go-
longan
avonoid yang tersubstitusi3,3',4',5 dan 7.
Pengukuran serapan senyawa hasil isolasi (F1) de-
ngan spektroskopi IR menunjukkan serapan karak-
teristik pada bilangan gelombang sebagaimana ditun-
jukkan pada Gambar 4.
Spektrum IR senyawa hasil isolasi memberikan in-
formasi adanya puncak serapan gugus hidroksil pada
bilangan gelombang 3369 cm􀀀1. Gugus hidroksil ini
merupakan regang -OH terikat (dapat berikatan hidro-
gen), OH terikat terlihat pada bilangan gelombang
3450-3200 cm􀀀1 yang membentuk pita lebar dengan
intensitas yang kuat. Adanya gugus hidroksil ini
juga diperkuat dengan munculnya ulur -C-O-

Kesimpulan
Sebanyak 16 mg serbuk kuning dengan titik leleh
177-179 C telah berhasil diisolasi dari 20 g ekstrak
kental metanol tumbuhan benalu teh (Scurulla at-
ropurpurea. BL. Dans). Berdasarkan analisa spek-
troskopi dan uji tokimia diduga senyawa hasil isolasi
adalah 3,3',4',5,7-pentahidroksi
avon (Kuersetin) dengan struktur

DAFTAR PUSTAKA
[1] Pitojo, S., 1996, Benalu Holtikultura Pengendalian dan Pemanfaatan, Trubus Agriwidya, Ungaran [2] Murwani & Subroto, 2001, http;//www. Intisaribenalu-online.com., 18 Nopember 2009 [3] Ohashi et al., 2003, http;//bahan-alam.fa. ac. id., 18Nopember 2009
[4] Markham, K.R., 1988, Cara Mengidenti kasi Flavonoid,diterjemahkan oleh K. Padmawinata,Edisi II, ITB,

Diposkan oleh Mestika Afandi
Label : Kimia Bahan Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar